TASAWUF

Kamis, 02 Februari 2012

DUA JALAN BATHIN DALAM SYUKUR DAN SABAR


Allah ta’ala adalah Tuhan yang menciptakan dan Tuhan yang memelihara juga Tuhan yang mengatur. Adakalanya Dia menetapkan bagi masing-masing hamba-Nya suatu keadaan yang berbeda dari pandangan bathin atas segala yang jahir yaitu; atas terjadinya suatu ketetapan dari kenikmatan dan musibah bagi manusia dalam kehidupannya, seorang hamba Allah dapat melihat ini dalam dua keadaan yang berbeda dari umumnya yaitu; dihadapinya musibah dalam lorong batinnya dan nuansa hatinya dengan kesabaran, sedangkan kenikmatan, dihadapi dengan lorong batinnya dan nuansa hatinya dengan rasa syukur.
Maka ini adalah dua keadaan bagi masing-masing penempuhan batin, atas orang-orang pada umumnya, yaitu; orang mukmin yang menetapkan diri menghendaki keridoan Allah, mereka melihat bahwa apa yang ditetapkan kepada mereka dari hak Allah, adalah suatu ketetapan yang harus diterima, yaitu; dengan syukur dalam kenikmatan dan sabar dalam musibah. Maka dua keadaan ini adalah benar dalam hak Allah, yaitu; dengan syukur dan sabar mereka akan sampai pada takorubnya kepada Allah yaitu; menempuh mereka itu dengan sirul batin, yaitu; perjalanan batin sehingga mereka mendapatkan kenikmatan dari hak Allah, yaitu; iman yang bertambah dan kuat, maka pada akhirnya mereka mendapatkan suatu maqam atau derajat dalam ketetapan yang dikehendaki-Nya, yaitu; dikehendaki untuk menetap dalam ketaqwaan kepada-Nya.
Sedangkan bagi orang-orang khusus (khos), para hamba yang dikehendakinya mereka tidak melihat dua keadaan jalan ini berbeda, yaitu; antara musibah dan kenikmatan adalah satu jalan dalam hakekat pandangan pada batin mereka, yaitu; mereka hanya melihat satu lorong dan nuansa hati, bahwa musibah dan kenikmatan adalah satu keadaan dalam hak Allah pada keadilan-Nya, bagaikan satu mata uang logam, bahwa syukur dan sabar adalah sama, musibah dan kenikmatan adalah sama, yaitu; dari ketetapan atas kehendak-Nya karena Allah yang maha tahu dengan Keadilan-Nya siapa yang ditetapkan-Nya, dan apa penetapan-Nya. Adalah mereka mengerti dan memahami akan hal ini, Dialah Tuhan yang patut diterima segala ketetapan-Nya,.
Maka orang-oarang yang telah mnerima hal ini yaitu; mereka yang khusus akan melihat bahwa apa yang terjadi pada dirinya dari musibah adakalanya diterimanya dengan rasa syukur, dan adakalanya segala kenikmatan dan kesenangan, diterimanya dengan bersabar. Maka mereka memahami keadaan ini, yaitu; dengan melihat hikmah yang terjadi, dan akan terjadi dari nuansa bashoriyyah ilhamiyyah bathin.
Yaitu; bahwa dalam pandangan hakekat mereka, Allah memberikan musibah adalah sebagai karunia, sebab kemusibahan adakalanya menjadikan mereka bertambah kuat imannya dan rasa cintanya kepada Allah, yaitu; mereka melihat Allah dalam musibah itu sebagai kasih sayang dari-Nya, dan adakalanya kenikmatan dan kesenangan mereka terima dengan rasa sabar, sebab dengan kenikmatn atau kesenangan, mereka hawatir akan tergelincir pada kemaksiyatan dan kezaliman,. Maka mereka menghadapi kesenangan dengan sabar, karena mereka hawatir lalai dan lupa, sebab kemikmatan sangat cepat untuk dapat melupakan diri kepada Allah yaitu; tergelincirnya hati, lupa bahwa apa yang didapatkan adalah karunia dan amanah-Nya.
Maka orang khusus (Khos) melihat semua keadaan ini, seakan berbalikan dengan orang-orang umumnya, menetapnya orang umum yaitu; pada awam, bahwa mereka sabar menghadapi musibah dan syukur menghadapi karunia, sedangkan para khos yang memahamiakan hak Allah dalam nuansa batin pada ma’rifat, sabar dan syukur akan bertempat dimana saja, karena getar-getar ilahiyah pada lathifah batiniyyah dalam nuansa yang berbeda, yaitu; sukur dan sabar akan bertempat pada dua keadaan tersebut, baik dalam musibah maupun dalam kenikmatan. Hal ini tiadalah dapat diduga dengan prasangka-prasangka, hal ini adalah suatu keadaan yang tidak dapat dilihat pada lahiriyyah, dan hal ini adalah suatu kenikmatan yang khusus bagi hamba-hamba yang menempuh mujahadah dalam kehendak Allah.
Maka mereka mempunyai pandangan yang berbeda dengan umumnya, sebab mereka tidak hanya melihat kepada apa yang terlahir, tetapi mereka melihat hikmah dibalik semua ketetapan Allah. Mereka berpegang pada pemahaman ayat, yaitu; bahwa dikatakan, tidaklah menimpa kami kecuali apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami, dan Dia-lah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang mukmin patut bertawakkal. Semoga bermanfa’at….Wallohu a’lam. 


Klik; Kajian Tasawuf, Falsafah Hikmah, Dongeng Sufi, Majelis Dzikir Internet (Madznet) & Majelis Taklim Internet (Matnet).; http://mamakkoswara.wordpress.com
Klik; Kajian Makrifat, spiritual & penyembuhan; www.mamak-koswara.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar