Allah ta’ala adalah Tuhan yang menciptakan dan Tuhan yang
memelihara juga Tuhan yang mengatur. Adakalanya Dia menetapkan bagi masing-masing
hamba-Nya suatu keadaan yang berbeda dari pandangan bathin atas segala yang
jahir yaitu; atas terjadinya suatu ketetapan dari kenikmatan dan musibah bagi
manusia dalam kehidupannya, seorang hamba Allah dapat melihat ini dalam dua
keadaan yang berbeda dari umumnya yaitu; dihadapinya musibah dalam lorong
batinnya dan nuansa hatinya dengan kesabaran, sedangkan
kenikmatan, dihadapi dengan lorong batinnya dan nuansa hatinya dengan
rasa syukur.
Maka ini adalah dua keadaan bagi masing-masing
penempuhan batin, atas orang-orang pada umumnya, yaitu; orang mukmin yang
menetapkan diri menghendaki keridoan Allah, mereka melihat bahwa apa yang
ditetapkan kepada mereka dari hak Allah, adalah suatu ketetapan yang harus
diterima, yaitu; dengan syukur dalam kenikmatan dan sabar dalam musibah. Maka
dua keadaan ini adalah benar dalam hak Allah, yaitu; dengan syukur dan sabar
mereka akan sampai pada takorubnya kepada Allah yaitu; menempuh mereka itu
dengan sirul batin, yaitu; perjalanan batin sehingga mereka mendapatkan
kenikmatan dari hak Allah, yaitu; iman yang bertambah dan kuat, maka pada
akhirnya mereka mendapatkan suatu maqam atau derajat dalam ketetapan yang
dikehendaki-Nya, yaitu; dikehendaki untuk menetap dalam ketaqwaan kepada-Nya.
Sedangkan bagi orang-orang khusus (khos), para hamba
yang dikehendakinya mereka tidak melihat dua keadaan jalan ini berbeda, yaitu;
antara musibah dan kenikmatan adalah satu jalan dalam hakekat pandangan pada
batin mereka, yaitu; mereka hanya melihat satu lorong dan nuansa hati, bahwa
musibah dan kenikmatan adalah satu keadaan dalam hak Allah pada keadilan-Nya,
bagaikan satu mata uang logam, bahwa syukur dan sabar adalah sama,
musibah dan kenikmatan adalah sama, yaitu; dari ketetapan atas
kehendak-Nya karena Allah yang maha tahu dengan Keadilan-Nya siapa yang
ditetapkan-Nya, dan apa penetapan-Nya. Adalah mereka mengerti dan memahami akan
hal ini, Dialah Tuhan yang patut diterima segala ketetapan-Nya,.
Maka orang-oarang yang telah mnerima hal ini yaitu;
mereka yang khusus akan melihat bahwa apa yang terjadi pada dirinya dari
musibah adakalanya diterimanya dengan rasa syukur, dan adakalanya segala
kenikmatan dan kesenangan, diterimanya dengan bersabar. Maka mereka memahami
keadaan ini, yaitu; dengan melihat hikmah yang terjadi, dan akan terjadi dari
nuansa bashoriyyah ilhamiyyah bathin.
Yaitu; bahwa dalam pandangan hakekat mereka, Allah
memberikan musibah adalah sebagai karunia, sebab kemusibahan adakalanya
menjadikan mereka bertambah kuat imannya dan rasa cintanya kepada Allah, yaitu;
mereka melihat Allah dalam musibah itu sebagai kasih sayang dari-Nya, dan
adakalanya kenikmatan dan kesenangan mereka terima dengan rasa sabar, sebab
dengan kenikmatn atau kesenangan, mereka hawatir akan tergelincir pada
kemaksiyatan dan kezaliman,. Maka mereka menghadapi kesenangan dengan sabar,
karena mereka hawatir lalai dan lupa, sebab kemikmatan sangat cepat untuk dapat
melupakan diri kepada Allah yaitu; tergelincirnya hati, lupa bahwa apa yang
didapatkan adalah karunia dan amanah-Nya.
Maka orang khusus (Khos) melihat semua keadaan ini,
seakan berbalikan dengan orang-orang umumnya, menetapnya orang umum yaitu; pada
awam, bahwa mereka sabar menghadapi musibah dan syukur menghadapi karunia,
sedangkan para khos yang memahamiakan hak Allah dalam nuansa batin pada
ma’rifat, sabar dan syukur akan bertempat dimana saja, karena getar-getar
ilahiyah pada lathifah batiniyyah dalam nuansa yang berbeda, yaitu; sukur dan
sabar akan bertempat pada dua keadaan tersebut, baik dalam musibah maupun dalam
kenikmatan. Hal ini tiadalah dapat diduga dengan prasangka-prasangka, hal ini
adalah suatu keadaan yang tidak dapat dilihat pada lahiriyyah, dan hal ini
adalah suatu kenikmatan yang khusus bagi hamba-hamba yang menempuh mujahadah
dalam kehendak Allah.
Maka mereka mempunyai pandangan yang berbeda dengan
umumnya, sebab mereka tidak hanya melihat kepada apa yang terlahir, tetapi
mereka melihat hikmah dibalik semua ketetapan Allah. Mereka berpegang pada
pemahaman ayat, yaitu; bahwa dikatakan, tidaklah menimpa kami kecuali apa yang
telah ditetapkan Allah bagi kami, dan Dia-lah pelindung kami, dan hanya kepada
Allah orang-orang mukmin patut bertawakkal. Semoga bermanfa’at….Wallohu a’lam.
Klik; Kajian Tasawuf, Falsafah Hikmah, Dongeng Sufi, Majelis Dzikir Internet (Madznet) & Majelis Taklim Internet (Matnet).; http://mamakkoswara.wordpress.com
Klik; Kajian Makrifat, spiritual & penyembuhan; www.mamak-koswara.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar