Dalam ketetapan Allah tiap-tiap hamba dan bahkan semua
orang yang dikehendaki-Nya untuk
berikhtiar menguatkan segala sesuatu dari gerak kehidupannya, yaitu; kuat dalam
arti segala sesuatu yang dapat mendukung bagi kebaikan, kemakmuran
kesejahteraan dan bahkan keamanan kehidupannya, dan semua kekuatan itu juga
terarah pada pada apa-apa yang membawa maslahat dan tidak membawa madarat bagi
agamanya, yaitu; perjalanan hidupnya dari segala urusan dunia dan sampai
kembali kepada-Nya dalam ketetapan ajal. Maka tiadalah yang harus diusahakn
melainkan pada dua keadaan kekuatan Al-Quwah, yaitu; kekuatan jahiriyyah pada
segala keadaan badan dan apa yang ada dari jasad yang terdapat juga otak. Maka
ini di sebut Al-quwatul dzahiriyyah, yaitu; bergeraknya setiap keadaan dari apa
yang ada pada kemampuan jahir dalam gerak otot atau berbagai keadaan anggota
tubuh, dan juga fikir, dan himmah (kemauan), maka himmah dapat menguat pada
kadar kehendak dan terdorong dari kekuatan hawa nafsu dan syahwat, dan semua
keadaan kekuatan jahiriyyah ini menetap dalam satu kekuatan, dan dimiliki oleh
tiap orang pada kadar yang berbeda-beda yang terbentuk pada fitrah penciptaan
dari sabab keturunan. Dapatlah kita contohkan bagi orang-orang yang telah lemah
kadar kekuatan tubuhnya, maka akan melemah kemampuan gerak dalam kehendaknya
bahkan syahwatnya, demikian juga daya fakir atau nalarnya, maka berkurangnya
darah akan melemahkan hawa nafsu dalam kadar kehendak, walaupun ada himmah yang
menetap akan tetapi kekuatan kehendak dari nafsu sebagai pendorang pada suatu
gerak akan melemah juga.
Dan adapun kekuatan yang kedua adalah suatu kadar
kekuatan yang ada pada ahwal batin yang terdapat dalam ahwal ghaibiyyah hati
(qolbu). Maka disebut Al-Quwatul batiniyyah. Yaitu; segala kekuatan yang ada
pada ruang-ruang ahwal batin dalam berbagai getar pada lathifah ghaibiyyah
dalam berbagai lintasan yang menjadi suatu dasar penggerak dari berbagai tekad
hati (azam) bagi segala pelaksanaan kehendak yang terpaut kepada akhir
kekuatan, yaitu Al-Quwatul dzahiriyyah. Dan tiadalah keadaan yang terkuat dari
segala kekuatan bagi dua keadaan ini melainkan Al-Quwatul batiniyyah, sebab
segala pekerjaan yang dilakukan oleh A-Quwatu dzahiriyyah dikomandokan oleh
tekad hati dari lintasan-lintasan kehendak pada batin dari segala ruang batin
pada qolbu. Maka segala kadar kekuatan batin dapat menjadi pengaruh yang kuat
bagi segala kekuatan jahir/Al-quwatudzahirriyyah. Sehingga adakalanya kelemahan
dan kekurangan atau cacat sekalipun dari segala yang ada dari alquwatuldzahiriyyah
akan menjadi kuat karena terjadinya kadar kekuatan yang melebihi kehendak dari
suatu himmah yang mengalahkan keadaan jahir, yaitu; tidak melihat atau
memperdulikan segala keadaan yang jahir, yaitu; memanfaatkan dengan sepenuhnya
segala yang ada pada kekuatan jahir. Hal ini dapat kita lihat pada saudara kita
yang mempunyai cacat tubuh, akan tetapi dapat menghasilkan karya-karya gemilang
karena kemauan dari suatu himmah yang kuat.
Dan tiadalah dapat bersatunya dua kekuatan antara
Al-quwatuzzahiriyyah dan Al-quwatul batiniyyah kecuali dipersatukan oleh suatu
kadar kekuatan ulumiyyah, yaitu; suatu kekuatan dari berbagai pemahaman ilmu
dan cabang-cabangnya. Maka kadar kekuatan ilmu mengalahkan kadar kekuatan
batin, atau dikatakan Al-Quwatul ulumiyyah mengalahkan Al-quwatul batiniyyah,
sebab segala ahwal batin dapat tergerak dengan berbagai pemahaman ilmu dari
berbagai ilmu yang umum, dan adalah ilmu-ilmu yang mengarah pada hak-hak Allah
dalam ketetapan-Nya sampai pada pemahaman kemarifatan akan dapat menjadikan
lurusnya dan baiknya ahwal batin sesuai dengan yang dikehemdaki penciptanya
Allah Swt. Sebab tiadalah ilmu dan berbagai cabangnya yang dapat membawa
manusia dalam kehambaannya kepada Allah, melainkan ilmu yang memjadikan manusia
bertambah nilai ketaqwaan disisi Allah, maka adalah ilmu yang menjadikan hamba
lurus kepada Allah lebih utama dan menjadi dasar bagi semua cabang ilmu pada
umumnya.
Dan tiadalah segala kekuatan
dari tiga kekuatan itu dapat diterima dan menetap dalam rahmat Allah pada taufiq
hidayahnya, melainkan dengan menetapnya suatu kekuatan ruh pada ruhul
insaniyyah, yaitu; Al-Quwtul Imani. Yaitu; kekuatan iman, maka kekuatan iman
sebagai jati diri dari segala ahwal manusia, sehingga dikatakan tiadalah
kekuatan yang paling kuat dari segala kekuatan, melainkan kuatanya iman
seseorang hamba dalam segala ahwal batinnya dengan al-quwatul batiniyyah pada
qolbu dalam marifat kepada Allah, dan gerak jahiriyyah pada amal kebajikan dari
al-quwatudzahiriyyah, yang terbimbing al-quwatul ulumiyyah, ilmu yang bercahaya
pada ketaqwaan.
خذوا ما أتيناكم بقوة واذكروا ما فيه لعلكم تتقون
Ambilah Apa-Apa yang Kami Berikan kepada kalian
dengan Kekuatan dan ingatlah dengan Apa-Apa yang Kami berikan itu agar kalian
bertaqwa.
Qs 2 ; 63.
Klik; Kajian Tasawuf, Falsafah Hikmah, Dongeng Sufi, Majelis Dzikir Internet (Madznet) & Majelis Taklim Internet (Matnet).; http://mamakkoswara.wordpress.com
Klik; Kajian Makrifat, spiritual & penyembuhan; www.mamak-koswara.com
Klik; Kajian Makrifat, spiritual & penyembuhan; www.mamak-koswara.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar