TASAWUF

Kamis, 02 Februari 2012

ORANG-ORANG YANG TERSESAT BATHINNYA


Allah SWT menetapkan kebaikan dan keburukan, manusia hanya menilai dengan sekira-kira. Allah SWT menetapkan benar dan salah, manusia hanya menilai dengan sekira-kira. Allah SWT menetapkan hak dan batil, manusia hanya menilai dengan sekira-kira. Maka tiadalah bagi manusia mempunyai kemampuan menilai apa-apa yang datang dari hak Allah hanya dengan kira-kira, melainkan kembali dengan segala yang turun dari-Nya juga yaitu: Kitab Allah dan Sunnah Rasulnya, dan demikian pula segala pemahaman harus kembali dengan suatu rujukan yang pasti kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya dengan nur yang menerangi dada dari Nurullah.
Maka tiadalah orang-orang yang tersesat bathinnya, melainkan mereka selalu mengikuti hawa nafsunya dalam menafsirkan berbagai keadaan dalam pemahaman ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW. Mereka membengkokkan segala pemahaman itu untuk kepentingan dirinya. Mereka mengikuti hawa nafsunya dan berbagai keadaan dalam gejolak pada kehidupannya. Mereka hanya bermain-main dalam keadaan pemahaman ayat-ayat Al Qur’an. Mereka menjadikan ayat-ayat Allah sebagai tangga-tangga kesuksesan bagi kesenangan kehidupannya, yaitu; dijadikannya segala sesuatu dari apa yang diturunkan Allah dan Rasulnya untuk dapat menghibur, dapat menenangkan orang lain, dan dapat membawa orang-orang yang dihadapinya kepada suatu keadaan sehingga mencintai dirinya, menyenangi dirinya dan bersimpati kepadanya. Mereka berjahir seperti orang-orang suci, padahal hati mereka penuh kerusakan, mereka menghafal ayat-ayat Allah, akan tetapi buta pada pemahaman ma’rifat kepada Allah.
Maka segala sesuatu ditetapkannya dengan hawa nafsunya dalam kehendak diri hanya dengan kira-kira. Mereka hanya melihat segala sesuatu pada jahirnya saja, karena penafsiran mereka hanya dengan akalnya dan pemikiran-pemikiran dari dorongan nafsunya dan setan menyesatkannya. Dan tiadalah manusia dapat menafsirkan segala sesuatu yang datang dari Allah dengan sebenar-benarnya dalam hakekat pandangan Allah. Maka orang-orang yang sesat ini, Mereka berbicara mengatasnamakan Allah dalam pandangan akal dan fikir dan rasa dengan segala kehendak yang semuanya terpaut pada hawa nafsunya dalam keterbatasan basyariyah manusiawi. Padahal segala ayat Allah mempunyai penafsiran jahir dan batin, Sebagaimana dikatakan Rasul
ان لكل آية ظهر وبطنا
Mereka tersesat dan menyesatkan umat, buta mata hatinya tiada memahami akan segala sesuatu dari kehendak Allah. Bahkan mereka sangat gemar bermujadalah/berdebat dari masalah-maslah agama. Padahal meraka tiada memahami apa yang dikehendaki Allah dalam hakekat yang sebenarnya dari segala rahasia hikmah. Bahkan mereka tidak pernah mengenal kerusakan hatinya sendiri, apalagi orang lain. Bahkan merasa benar dan lurus karena telah kuat mengerjakan segala amal syareat dengan berbagai kepandaian yang dihafal. Dan terjadi lintasan kibir pada hatinya yang mengatakan “ Aku adalah orang shaleh“ Sehingga sangat suka dengan pujian dan sanjungan dan sangat takut kehilangan pengikut, dan bangga dengan banyaknya pengikut. Mereka adalah orang-orang yang sangat merusak, karena mereka sesat dan menyesatkan umat. Batin mereka penuh dengan kegalauan dengan ria, sombong, mereka orang-orang yang tidak mau menerima segala pendapat dalam musyawarah dan tidak memutuskan dengan istikhoroh. Mereka hanya melihat apa yang mereka yakini dalam nuansa perkiraan saja, mereka hanya melihat apa yang jahir dari segala yang mereka terima, mereka mengadakan berbagai keadaan-keadaan yang menjadikan umat terpecah dengan alasan demi umat. Pada hakekatnya tiadalah dihati mereka rasa kasih dan sayang kepada umat sebagaimana Rasulullah SAW memiliki sifat harisun 
Rasulullah saw mempunyai sifat kasih sayang harisun kepada umat, sangat menginginkan keimanan bagi umatnya dengan lurus pada jalan Allah. sedangkan mereka, sangat kasih kepada dirinya dan orang-orang yang dicintainya, mereka menghambur-hamburkan pembicaraan yang tiada bermanfaat, untuk kepentingan mereka sendiri. Adalah keadaan mereka sangat takut kepada kekurangan, kemiskinan dan mereka sangat rakus, tamak kepada apa-apa yang menjadikan mereka senang. Mereka itu "hubudunya  wakrohiyatul maut" cinta dunia takut mati…………… maka mereka menyangka Allah mencintainya,.. tiadalah bagi mereka.. kecuali kebencian Allah, sebab mereka berbicara, tetapi mereka tidak melaksanakannya dan mereka menetapkan pendapatnya dengan hawa nafsunya. Naudzu billah……….


Klik; Kajian Tasawuf, Falsafah Hikmah, Dongeng Sufi, Majelis Dzikir Internet (Madznet) & Majelis Taklim Internet (Matnet).; http://mamakkoswara.wordpress.com
Klik; Kajian Makrifat, spiritual & penyembuhan; http://www.mamak-koswara.com





KEKUATAN HAMBA ALLAH dalam sifat KEMANUSIAANYA


Dalam ketetapan Allah tiap-tiap hamba dan bahkan semua orang yang  dikehendaki-Nya untuk berikhtiar menguatkan segala sesuatu dari gerak kehidupannya, yaitu; kuat dalam arti segala sesuatu yang dapat mendukung bagi kebaikan, kemakmuran kesejahteraan dan bahkan keamanan kehidupannya, dan semua kekuatan itu juga terarah pada pada apa-apa yang membawa maslahat dan tidak membawa madarat bagi agamanya, yaitu; perjalanan hidupnya dari segala urusan dunia dan sampai kembali kepada-Nya dalam ketetapan ajal. Maka tiadalah yang harus diusahakn melainkan pada dua keadaan kekuatan Al-Quwah, yaitu; kekuatan jahiriyyah pada segala keadaan badan dan apa yang ada dari jasad yang terdapat juga otak. Maka ini di sebut Al-quwatul dzahiriyyah, yaitu; bergeraknya setiap keadaan dari apa yang ada pada kemampuan jahir dalam gerak otot atau berbagai keadaan anggota tubuh, dan juga fikir, dan himmah (kemauan), maka himmah dapat menguat pada kadar kehendak dan terdorong dari kekuatan hawa nafsu dan syahwat, dan semua keadaan kekuatan jahiriyyah ini menetap dalam satu kekuatan, dan dimiliki oleh tiap orang pada kadar yang berbeda-beda yang terbentuk pada fitrah penciptaan dari sabab keturunan. Dapatlah kita contohkan bagi orang-orang yang telah lemah kadar kekuatan tubuhnya, maka akan melemah kemampuan gerak dalam kehendaknya bahkan syahwatnya, demikian juga daya fakir atau nalarnya, maka berkurangnya darah akan melemahkan hawa nafsu dalam kadar kehendak, walaupun ada himmah yang menetap akan tetapi kekuatan kehendak dari nafsu sebagai pendorang pada suatu gerak akan melemah juga.
Dan adapun kekuatan yang kedua adalah suatu kadar kekuatan yang ada pada ahwal batin yang terdapat dalam ahwal ghaibiyyah hati (qolbu). Maka disebut Al-Quwatul batiniyyah. Yaitu; segala kekuatan yang ada pada ruang-ruang ahwal batin dalam berbagai getar pada lathifah ghaibiyyah dalam berbagai lintasan yang menjadi suatu dasar penggerak dari berbagai tekad hati (azam) bagi segala pelaksanaan kehendak yang terpaut kepada akhir kekuatan, yaitu Al-Quwatul dzahiriyyah. Dan tiadalah keadaan yang terkuat dari segala kekuatan bagi dua keadaan ini melainkan Al-Quwatul batiniyyah, sebab segala pekerjaan yang dilakukan oleh A-Quwatu dzahiriyyah dikomandokan oleh tekad hati dari lintasan-lintasan kehendak pada batin dari segala ruang batin pada qolbu. Maka segala kadar kekuatan batin dapat menjadi pengaruh yang kuat bagi segala kekuatan jahir/Al-quwatudzahirriyyah. Sehingga adakalanya kelemahan dan kekurangan atau cacat sekalipun dari segala yang ada dari alquwatuldzahiriyyah akan menjadi kuat karena terjadinya kadar kekuatan yang melebihi kehendak dari suatu himmah yang mengalahkan keadaan jahir, yaitu; tidak melihat atau memperdulikan segala keadaan yang jahir, yaitu; memanfaatkan dengan sepenuhnya segala yang ada pada kekuatan jahir. Hal ini dapat kita lihat pada saudara kita yang mempunyai cacat tubuh, akan tetapi dapat menghasilkan karya-karya gemilang karena kemauan dari suatu himmah yang kuat. 
Dan tiadalah dapat bersatunya dua kekuatan antara Al-quwatuzzahiriyyah dan Al-quwatul batiniyyah kecuali dipersatukan oleh suatu kadar kekuatan ulumiyyah, yaitu; suatu kekuatan dari berbagai pemahaman ilmu dan cabang-cabangnya. Maka kadar kekuatan ilmu mengalahkan kadar kekuatan batin, atau dikatakan Al-Quwatul ulumiyyah mengalahkan Al-quwatul batiniyyah, sebab segala ahwal batin dapat tergerak dengan berbagai pemahaman ilmu dari berbagai ilmu yang umum, dan adalah ilmu-ilmu yang mengarah pada hak-hak Allah dalam ketetapan-Nya sampai pada pemahaman kemarifatan akan dapat menjadikan lurusnya dan baiknya ahwal batin sesuai dengan yang dikehemdaki penciptanya Allah Swt. Sebab tiadalah ilmu dan berbagai cabangnya yang dapat membawa manusia dalam kehambaannya kepada Allah, melainkan ilmu yang memjadikan manusia bertambah nilai ketaqwaan disisi Allah, maka adalah ilmu yang menjadikan hamba lurus kepada Allah lebih utama dan menjadi dasar bagi semua cabang ilmu pada umumnya.
Dan tiadalah segala kekuatan dari tiga kekuatan itu dapat diterima dan menetap dalam rahmat Allah pada taufiq hidayahnya, melainkan dengan menetapnya suatu kekuatan ruh pada ruhul insaniyyah, yaitu; Al-Quwtul Imani. Yaitu; kekuatan iman, maka kekuatan iman sebagai jati diri dari segala ahwal manusia, sehingga dikatakan tiadalah kekuatan yang paling kuat dari segala kekuatan, melainkan kuatanya iman seseorang hamba dalam segala ahwal batinnya dengan al-quwatul batiniyyah pada qolbu dalam marifat kepada Allah, dan gerak jahiriyyah pada amal kebajikan dari al-quwatudzahiriyyah, yang terbimbing al-quwatul ulumiyyah, ilmu yang bercahaya pada ketaqwaan. 

خذوا ما أتيناكم بقوة واذكروا ما فيه لعلكم تتقون


Ambilah Apa-Apa yang Kami Berikan kepada kalian dengan Kekuatan dan ingatlah dengan Apa-Apa yang Kami berikan itu agar kalian bertaqwa.
 Qs 2 ; 63.


Klik; Kajian Tasawuf, Falsafah Hikmah, Dongeng Sufi, Majelis Dzikir Internet (Madznet) & Majelis Taklim Internet (Matnet).; http://mamakkoswara.wordpress.com

Klik; Kajian Makrifat, spiritual & penyembuhan; www.mamak-koswara.com




KEHENDAK DIRI YANG SAMAR


Suatu kehedak dari berbagai kehendak pada tiap-tiap diri manusia mempunyai berbagai cabang dan arah yang berbeda-beda dengan asroriyah/rahasia-rahasia yang sangat samar yang hanya diketahui oleh Allah yang maha ilmu dan Maha Tahu dalam segala ketetapannya yang Maha Kehendak. Sebab dalam kesamaran rahasia kehendak sifat basyariyah/manusiawi tidaklah sama dalam suatu pemahaman dari suatu kehendak itu sendiri, yaitu; adakalanya seseorang yang merasa mempunyai suatu kehendak akan sesuatu dalam kehidupannya tidak benar-benar memahami apa yang dikehendakinya itu, yaitu; adakalanya bertentangan antara kehendak yang satu dengan kehendak yang lain, dan keadaan itu terjadi pada satu hati dalam beberapa ruang batin pada lathifah ghaibiyyah pada diri. Sehingga terjadi suatu gejolak keadaan yang adakalanya tidak dipahaminya oleh yang mempunyai kehendak itu sendiri.
Maka ketika seorang hamba yang mempunyai kehendak dan bercita-cita mewujudkannya, terjadilah keyakinan dalam ruang batinnya, merasa benar atas kehendaknya itu, sehingga berusahalah ia melaksanakan kehendaknya itu dengan daya upaya yang dimilikinya. Adapun keyakinan yang ada bahwa kehendaknya itu benar, adalah karena si hamba menetapkannya dengan hukum Jahiriyah dalam syareat agama. Akan tetapi adakalanya ia lupa bahwa sangat dalamnya ruang batin dalam rasa yang berkaitan dengan niat dan I’tiqod dalam pemahaman lurusnya wajah batin kepada Allah.
Maka walaupun benar dalam pandangan syareat, yaitu; tidak melanggar hak-hak syareat, akan tetapi kelalaian hati dalam gejolaknya nafsu dapat saja menyusup menyesuaikan diri dengan hak syareat. Hal ini dapat terjadi tanpa disadari si hamba bila lalai untuk meluruskan wajah batinnya pada Al-Hak. Sehingga melanggar hak-hak batin dalam pandangan hukum hakekat, yaitu; tidak lurus perjalanan batinnya dalam amal hati, seperti menyusupnya lintasan-lintasan ria, ujub, iri, dengki, dan lain-lain sifat keburukan hati yang merusak amal syareat. Padahal segala keadaan hati dalam segala rasa dan rahasia yang dalam, sangat mendapat perhatian Allah, sebagaimana firmannya (2; 284) (3; 29).     

Maka tiadalah yang harus dilakukan bagi pencegahan segala kerusakan amal syareat dan tersesatnya kehendak diri, melainkan dengan mewaspadai segala bentuk kehendak diri dari rahasia-rahasia yang tersembunyi pada lintasan batin, yaitu: mengenal akan apa dan kemana arah kehendak diri dari segala sesuatunya, yaitu: memperhatikannya untuk meluruskan kehendak pada Yang Maha berkehendak pada lurusnya wajah batin, yaitu: mewaspadai kehendak supaya tidak bercampur atau bersekutu dengan kehendak nafsu yang mengarah pada kezaliman. Bahkan tiadalah suatu kehendak yang kuat dipengaruhi nafsu dan syahwat melainkan ikutnya setan dalam kehendak itu. Maka tiadalah yang dapat selamat dari semua ini melainkan mereka yang meminta perlindungan Allah pada tiap langkah dari berbagai lintasan kehendak dan gejolak kemauan, yaitu; memulainya dengan memperhatikan awalnya, yaitu: sebab-sebab terjadinya suatu kehendak kemudian perjalanan penempuhan, yaitu: perbuatan untuk terlaksananya atau tercapainya suatu kehendak, dan akhir, yaitu: kemadaratankah atau kemaslahatankah yang akan didapat dari hasil terlaksananya suatu kehendak. Dan semua ini dengan suatu kepasrahan yang mutlak kepada Allah melepaskan semua kedirian (ego) pada meluruskan lurusnya wajah batin kepada Allah.
Bila semua ini telah dilaksanakan dan getar-getar kehendak yang semula menggemuruh kuat kemudian melemah, maka kehendak yang terjadi yang ada pada lintasan-lintasan hati itu adalah batil atau zalim atau buruk, yaitu tidak lurus dalam Taufiq dalam Kehendak Allah. Dan bila getar-getar kehendak menguat dan bertambah kuat, maka kehendak yang terjadi dalam lintasa-lintasan batin adalah hak dan lurus dan benar dalam Taufiq dalam kehendak Allah. Dan bila kebenaran kehendak terjadi, maka laksanakanlah dimulailah dengan niat pada azam yang kuat pada ucapan Basmallah dan menetap ketawakkalan pada batin, dan sadar diri bahwa; tiadalah yang dapat memberikan kekuatan bagi tercapainya suatu kehendak melainkan atas pertolongan Allah. Sesungguhnya Allah berbuat sekehendakNya, dan tiadalah keaikan yang hakiki bagi hamba-hamba-Nya, melainkan berbuat sesuai kehendak Allah pada jalan cahaya-Nya. 


Klik; Kajian Tasawuf, Falsafah Hikmah, Dongeng Sufi, Majelis Dzikir Internet (Madznet) & Majelis Taklim Internet (Matnet).; http://mamakkoswara.wordpress.com

Klik; Kajian Makrifat, spiritual & penyembuhan; www.mamak-koswara.com









CAHAYA ILAHI MENYELIMUTI JIWA PARA HAMBA-NYA


Kehidupan dunia pada hakekatnya adalah suatu gambaran bagi kehidupan akherat, yaitu; tiap orang yang berjuang di dalamnya untuk menjalankan kehidupannya, masing-masing mengarah pada segala sesuatu yang diniatkan dalam wawasan I’tiqod batinnya. Tiadalah seseorang akan memperbuat sesuatu dalam hidupnya, kecuali sesuai dengan hasrat hati dalam rasa jiwa, dan tiadalah rasa jiwa akan mengarah dalam suatu kehendak melainkan sangat dipengaruhi kuat oleh berbagai wawasan keilmuan yang dipahaminya, dan semua ini berpaut pada keyakinan dalam keimanannya. Yaitu; iman yang tiada diberikan pemahaman lanjut bagi memahami akan hak Tuhannya, akan sangat lemah sehingga sangat mudah terperosok mengarah kepada suatu langkah kehidupan yang justru bertentangan dengan kehendak Allah Jalla jallaaluh. Dan iman dengan semangat jiwa yang kuat, adalah karena diselimuti dengan cahaya ilahi dalam pemahaman akan berbagai kebajikan dari kehendak Allah dalam ketetapan syareatnya, akan mengarah pada langkah-langkah kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah, yaitu; dalam taufiq hidayah-Nya.
Maka dua arah dalam dua keadaan langkah kehidupan manusia, tergambar dalam dialog nurani suci fitrah insani dalam wawasan pandang getar ilahiyyah, dengan kehendak hati dalam wawasan pandang nafsu basyariyyah dunyawiyyah. dua wawasan pandang sangat berbeda keadaan kehendak dan langkah yang diinginkan dari kehidupannya, maka yang satu mengarah pada kesucian pada perjalanan Tuhan yang Rahman, dan yang satu lagi mengarah pada perjalanan kesesatan pengaruh nafsu diri dan setan. Maka berkata nurani suci kepada nafsu bayariyyah diri; ‘Wahai diriku..Sungguh aku takut kepada Allah yang telah memberi kita berita akan kenikmatan kehidupan akherat dengan surganya, dan kita beriman kepadanya,..sedangkan kamu selalu menghendaki kenikmatan kehidupan dunia dengan berbagai perkaranya,…
Maka menjawab nafsu diri dengan pandangan buruknya,,” hai diriku.. tenang saja kita ini masih muda, dan Allah itu maha pengampun, sedang ajal masih jauh..kita masih banyak waktu untuk bersenang-senang dengan segala kenikmatan dunia ini..kamu cerewet dan tidak berguna.. Kemudian dibunuhnyalah nurani suci insaninya, yang padahal berwawasan pandang dari getar ilahiyyah dari Rahmat Allah untuk mengajaknya kembali kepada jalan fitrah Tuhan Yang maha suci. Tidak hanya sekali,. setiap datang nurani suci diri yang lain,..dengan seruan sucinya , maka dibunuhnya..sehingga matilah hati, tandus tiada kesejukan dan gelap tanpa cahaya Ilahi..
Maka tiadalah pengingat dan penegurnya dalam langkah sesat pada kehidupannya, sehingga penuhlah api nafsu amaroh, api kezaliman dan kemaksiyatan, membara sangat panasnya, dan tiadalah gamabaran bagi arah langkahnya, melainkan menuju induk apinya pada kehidupan akherat dineraka jahanam, dan dalam gelap pada kegelapan hembusan asap hitam neraka jahanam. Sedangkan bagi orang-orang yang menerima seruan nurani suci dari Rahmat Tuhannya dari wawasan getar-getar ilahiyyah, akan bercahaya hatinya dan penuh dengan kesejukan dan merasakan kenikmatan hidup yang hakiki, dan tiadalah gambaran arah langkahnya, melainkan menuju induk cahaya kesejukan yaitu; pada Rahmat Tuhan dalam surga-Nya yang penuh cahaya kemilau dengan segala keindahan yang tak terbayangkan, dan penuh kesejukan. Dengan suatu tafakur ini maka dapatlah kita melihat dan merasakan langkah-langkah kehidupan yang terjadi dalam wawasan pemahaman hikmah yang ada dari kadar pemahaman hati pada kadar keimanan dalam suatu pandangan. Orang-orang yang tergambar langkah-langkah hidupnya menuju gelap pada kegelapan akheratnya (neraka) mempunyai sifat merusak,
Dan orang-orang yang tergambar langkah-langkah hidupnya menuju cahaya pada kemilaunya akherat (surga) mempunyai sifat ishlah yaitu; membenahi 
          Tiadalah Allah menzalimi hamaba-hambanya dengan semua keadaan kehidupannya, bagi dunia dan akheratnya, melainkan si hambalah yang merusak karunia dari-Nya dengan berbagai kezaliman dan arah langkah yang salah dari berbagai jalan kesesatan, baik kesesatan pada jahir (syareat) atau kesesatan pada batin (hakekat). Maka tiadalah dapat ternilai lurus bagi langkah-langkah yang hanya menetap pada jahir syareat saja, kecuali lurus pula pada hakekat yaitu; pada niat dan I’tiqod hatinya. Dan tiadalah dikatakan lurus pada batin hakekat melainkan menetap kuat pada Syareat_Nya. Wallohu a’lam.

Klik; Kajian Tasawuf, Falsafah Hikmah, Dongeng Sufi, Majelis Dzikir Internet (Madznet) & Majelis Taklim Internet (Matnet).; http://mamakkoswara.wordpress.com
Klik; Kajian Makrifat, spiritual & penyembuhan; www.mamak-koswara.com

DUA JALAN BATHIN DALAM SYUKUR DAN SABAR


Allah ta’ala adalah Tuhan yang menciptakan dan Tuhan yang memelihara juga Tuhan yang mengatur. Adakalanya Dia menetapkan bagi masing-masing hamba-Nya suatu keadaan yang berbeda dari pandangan bathin atas segala yang jahir yaitu; atas terjadinya suatu ketetapan dari kenikmatan dan musibah bagi manusia dalam kehidupannya, seorang hamba Allah dapat melihat ini dalam dua keadaan yang berbeda dari umumnya yaitu; dihadapinya musibah dalam lorong batinnya dan nuansa hatinya dengan kesabaran, sedangkan kenikmatan, dihadapi dengan lorong batinnya dan nuansa hatinya dengan rasa syukur.
Maka ini adalah dua keadaan bagi masing-masing penempuhan batin, atas orang-orang pada umumnya, yaitu; orang mukmin yang menetapkan diri menghendaki keridoan Allah, mereka melihat bahwa apa yang ditetapkan kepada mereka dari hak Allah, adalah suatu ketetapan yang harus diterima, yaitu; dengan syukur dalam kenikmatan dan sabar dalam musibah. Maka dua keadaan ini adalah benar dalam hak Allah, yaitu; dengan syukur dan sabar mereka akan sampai pada takorubnya kepada Allah yaitu; menempuh mereka itu dengan sirul batin, yaitu; perjalanan batin sehingga mereka mendapatkan kenikmatan dari hak Allah, yaitu; iman yang bertambah dan kuat, maka pada akhirnya mereka mendapatkan suatu maqam atau derajat dalam ketetapan yang dikehendaki-Nya, yaitu; dikehendaki untuk menetap dalam ketaqwaan kepada-Nya.
Sedangkan bagi orang-orang khusus (khos), para hamba yang dikehendakinya mereka tidak melihat dua keadaan jalan ini berbeda, yaitu; antara musibah dan kenikmatan adalah satu jalan dalam hakekat pandangan pada batin mereka, yaitu; mereka hanya melihat satu lorong dan nuansa hati, bahwa musibah dan kenikmatan adalah satu keadaan dalam hak Allah pada keadilan-Nya, bagaikan satu mata uang logam, bahwa syukur dan sabar adalah sama, musibah dan kenikmatan adalah sama, yaitu; dari ketetapan atas kehendak-Nya karena Allah yang maha tahu dengan Keadilan-Nya siapa yang ditetapkan-Nya, dan apa penetapan-Nya. Adalah mereka mengerti dan memahami akan hal ini, Dialah Tuhan yang patut diterima segala ketetapan-Nya,.
Maka orang-oarang yang telah mnerima hal ini yaitu; mereka yang khusus akan melihat bahwa apa yang terjadi pada dirinya dari musibah adakalanya diterimanya dengan rasa syukur, dan adakalanya segala kenikmatan dan kesenangan, diterimanya dengan bersabar. Maka mereka memahami keadaan ini, yaitu; dengan melihat hikmah yang terjadi, dan akan terjadi dari nuansa bashoriyyah ilhamiyyah bathin.
Yaitu; bahwa dalam pandangan hakekat mereka, Allah memberikan musibah adalah sebagai karunia, sebab kemusibahan adakalanya menjadikan mereka bertambah kuat imannya dan rasa cintanya kepada Allah, yaitu; mereka melihat Allah dalam musibah itu sebagai kasih sayang dari-Nya, dan adakalanya kenikmatan dan kesenangan mereka terima dengan rasa sabar, sebab dengan kenikmatn atau kesenangan, mereka hawatir akan tergelincir pada kemaksiyatan dan kezaliman,. Maka mereka menghadapi kesenangan dengan sabar, karena mereka hawatir lalai dan lupa, sebab kemikmatan sangat cepat untuk dapat melupakan diri kepada Allah yaitu; tergelincirnya hati, lupa bahwa apa yang didapatkan adalah karunia dan amanah-Nya.
Maka orang khusus (Khos) melihat semua keadaan ini, seakan berbalikan dengan orang-orang umumnya, menetapnya orang umum yaitu; pada awam, bahwa mereka sabar menghadapi musibah dan syukur menghadapi karunia, sedangkan para khos yang memahamiakan hak Allah dalam nuansa batin pada ma’rifat, sabar dan syukur akan bertempat dimana saja, karena getar-getar ilahiyah pada lathifah batiniyyah dalam nuansa yang berbeda, yaitu; sukur dan sabar akan bertempat pada dua keadaan tersebut, baik dalam musibah maupun dalam kenikmatan. Hal ini tiadalah dapat diduga dengan prasangka-prasangka, hal ini adalah suatu keadaan yang tidak dapat dilihat pada lahiriyyah, dan hal ini adalah suatu kenikmatan yang khusus bagi hamba-hamba yang menempuh mujahadah dalam kehendak Allah.
Maka mereka mempunyai pandangan yang berbeda dengan umumnya, sebab mereka tidak hanya melihat kepada apa yang terlahir, tetapi mereka melihat hikmah dibalik semua ketetapan Allah. Mereka berpegang pada pemahaman ayat, yaitu; bahwa dikatakan, tidaklah menimpa kami kecuali apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami, dan Dia-lah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang mukmin patut bertawakkal. Semoga bermanfa’at….Wallohu a’lam. 


Klik; Kajian Tasawuf, Falsafah Hikmah, Dongeng Sufi, Majelis Dzikir Internet (Madznet) & Majelis Taklim Internet (Matnet).; http://mamakkoswara.wordpress.com
Klik; Kajian Makrifat, spiritual & penyembuhan; www.mamak-koswara.com




Rabu, 01 Februari 2012

ULAMA sebagai PELITA DAN PERDAMAIAN UMAT


Assalamu 'alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh

Alhamdulillah washolatu wassalamu ala Rosulillah Sayyidina Muhammadibni Abdillah.

Ketika Allah menghendaki kepada seorang hambaNya lalu Ia menetapkan kehendakNya itu atas si hamba maka dibuatNya-lah suatu keadaan dari kehidupan si hamba untuk selalu mendekat kepada-Nya yaitu dibuatkan-Nya lah berbagai kehidupannya itu menjadi tangga-tangga batin untuk mendekat diri dalam suatu kadar kedekatan yang dikehendaki-Nya, maka si hamba akan terus dan terus mendekat tanpa disadarinya ia telah mendekat kepada Allah, atau dengan kesadarannya dari kefahaman yang di berikan Allah atasnya kemudian menetapkan-Nya suatu derajat atasnya, lalu si hamba bersyukur kepada-Nya dan ia menatap lurus atas segala keadaan kehidupannya, dengan lurusnya wajah batin kepada Al-Hak.
Kemudian Allah menyambutnya dengan berbagai karunia dan rahmat yang tiada terputus, sehingga si hamba terus menerus dalam lingkungan Allah dengan keadaan yang mulia, maka Allah menghendaki bagi si hamba untuk menjalankan apa yang dikehendaki-Nya dari berbagai rahasia-rahasia pada asroriyyah batiniyyah, maka difahaminya oleh si hamba, pada akhirnya si hamba berjalan dalam kehidupannya dengan suatu keadaan yang berbeda pada keadaan semula. Yaitu; menjadilah ia wakil-wakil Allah di muka bumi sebagai khalifatullah, kemudian ia menatap lurus kepada Makhluk dari lurusnya wajah batin kepada Allah.
Tiadalah yang dilihat melainkian kehendak-Nya, tiadalah yang diperbuat melainkan Af”al-Nya, tiadalah yang ditetapkan melainkan ketetapan-Nya. Yaitu; segalanya adalah ketetapan Al-Hak Allahu Jalla Jalaaluh. Maka keadaan ini adalah suatu keadaan dalam fillah menetapnya si hamba sebagai orang-orang yang dikehnedaki untuk dapat memberikan cahaya-NYA bagi kehidupan makhluk dan berbagai keadaan yang dikehendaki dalam rahasia-rahasia Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Kemudian Allah menurunkan berbagai kedaan yang menjadikan si hamba membawa berbagai berkah, yaitu; adanya si hamba dalam kehidupannya sebagai berkah bagi kehidupan makhluk yang lain, seperti Rasulullah SAW sebagai Rahmatan lilaalamin.
Maka para hamba yang mendapatkan karunia ini adalah para penerus dari perjuangan perjalanan para Rasul khususnya Sayidina Muhammad SAW. Mereka adalah orang-orang yang faham akan apa yang dikehendaki Allah mereka adalah orang-orang yang mengerti yaitu; orang-orang yang selalu takut kepada Allah. Mereka hidup dalam dua keadaan, yaitu; pada ahwal batiniyyah dan pada keadaan jahiriyyah, maka jahiriyyah mereka menetap kuat dalam ikatan syareat yang dikehendaki Allah, dan ahwal batin mereka menetap lurus dalam segala keadaan pada Hak Allah yaitu; dalam asroriyyah batiniyyah pada berbagai kedaan zikir pada maknawiyyah yang hanya difahami Allah dan dirinya sendiri dalam asroriyyahnya. Maka keadaan ini adalah suatu keadaan dalam derajat yang menetapkan si hamba untuk menjadi panji-panji Allah yaitu; sebagai penerang bagi umat.
Mereka tidak berbicara dengan lisannya, tetapi mereka berbicara dengan nur dari nur Allah, mereka tidak melangkahkan kaki dengan tenaganya, tetapi mereka melangkahkan kaki dengan Alquwah dari kekuatan Allah, mereka memandang tidak dengan pandangan hawa nafsu tetapi mereka memandang dengan penuh kasih sayang pada kelembutan Allah. Maka mereka adalah orang-orang yang diharapkan dapat memimpin segala keadaan dengan kebijakan pada hikmah yaitu; suatu keadaan yang berpaut dengan alam ghaibiyyah dan alam jahiriyyah. Dan semua keadaan ini adalah membawa rahmat bagi semua makhluk. Maka meraka inilah yang dikatakan; bahwa para ulama penerus para nabi.
Merekalah para ulama yang amilin, ulama yang mengamalkan ilmunya, merekalah pelita umat, merekalah pemimpin umat, tidak ada dihatinya kerusakan dan lurus pada jahir dan menetap dalam hak Allah, dan mereka yang menetap dalam segala kehendak Allah, yang membawa keberkahan rohmatan lil’alamin. Mereka berbicara dengan faham yang Allah berikan. Ketahuilah mereka tidak terlihat oleh mata lahiriyyah, melainkan dengan faham pada ilham. Maka adanya mereka mendamaikan kehidupan manusia yang saling berdampingan satu sama lain walaupun berbeda2 paham dan agama maupun berbagai adat dan budaya, sebab mereka memendang kehidupan dengan kasih sayangnya Allah dari sifat rohman-Nya atas manusia dan semua makhluk. Wallohu a’lam.            

Klik; Kajian Tasawuf, Falsafah Hikmah, Dongeng Sufi, Majelis Dzikir Internet (Madznet) & Majelis Taklim Internet (Matnet).; http://mamakkoswara.wordpress.com
Klik; kajian Makrifat, spiritual & penyembuhan; www.mamak-koswara.com


PENGANTAR PEMBACA

PENGANTAR PEMBACA

ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH

Segala puji bg  Allah yg memberikan kekuatan kpd hamba2nya dg ilmu dan amal, sholawat dan
salam menetap utk yg dimuliakan-Nya, dan wajib di muliakan oleh semua manusia dan jin yg
beriman kpd Allah, bhw; tiada tempat mengadu yg seutama2nya melainkan Allah dan tiada yg dpt
membukakan hati seseorang utk memahami semua rahasia ilmunya kecuali mereka yg
dikehendakinya, dan adapun mereka yg di rahmati dg segala  kemamouan ilmu dan amal adalah
sbg orang2 yg beruntung, dan bg mereka yg zalim dg penyakit dihati, yg membahas ilmu dg
prasangka menilik dan curiga atau mencari mujadalah (perdebatan) sungguh telah di gelapkan
hatinya oleh Allah, dan tiadalah ilmu itu utk di perdebatkan melainkan utk diamalkan, dan
perbedaan pedapat diantara umat rasul saw, adalah rahmat-Nya.  Maka diharapkan kpd para
pembaca utk sama2 mencari pertemuan pemahaman bkn mencari perbedaan, dan sesungguhnya ilmu itu hanya dpt di fahami dg hati yg tulus dan rasa bathin yg dalam, dan tdk lah akan bertemu
bg mereka yg kasar cara pandangnya atas ilmu, yaitu hanya menggunakan melulu dalil hujjah
dan mengagungkan aqal, maka penulis mencari ridhonya kpd Allah agar semua yg ada dari suatu
ikhtiar penulis dlm menyusun artikel  ini bermanfa’at bg penulis keluarga handai taulan dan
para murid semuanya bahkan masyarakat pd umumnya. billahittoufiq wal hidayah,  
wassalamualaikum warohmatullohi wabarokaatuh.