Suatu kehedak dari berbagai kehendak pada tiap-tiap
diri manusia mempunyai berbagai cabang dan arah yang berbeda-beda dengan
asroriyah/rahasia-rahasia yang sangat samar yang hanya diketahui oleh Allah
yang maha ilmu dan Maha Tahu dalam segala ketetapannya yang Maha Kehendak. Sebab
dalam kesamaran rahasia kehendak sifat basyariyah/manusiawi tidaklah sama dalam
suatu pemahaman dari suatu kehendak itu sendiri, yaitu; adakalanya seseorang
yang merasa mempunyai suatu kehendak akan sesuatu dalam kehidupannya tidak
benar-benar memahami apa yang dikehendakinya itu, yaitu; adakalanya
bertentangan antara kehendak yang satu dengan kehendak yang lain, dan keadaan
itu terjadi pada satu hati dalam beberapa ruang batin pada lathifah ghaibiyyah
pada diri. Sehingga terjadi suatu gejolak keadaan yang adakalanya tidak
dipahaminya oleh yang mempunyai kehendak itu sendiri.
Maka ketika seorang hamba yang mempunyai kehendak dan
bercita-cita mewujudkannya, terjadilah keyakinan dalam ruang batinnya, merasa
benar atas kehendaknya itu, sehingga berusahalah ia melaksanakan kehendaknya
itu dengan daya upaya yang dimilikinya. Adapun keyakinan yang ada bahwa
kehendaknya itu benar, adalah karena si hamba menetapkannya dengan hukum Jahiriyah
dalam syareat agama. Akan tetapi adakalanya ia lupa bahwa sangat dalamnya ruang
batin dalam rasa yang berkaitan dengan niat dan I’tiqod dalam pemahaman
lurusnya wajah batin kepada Allah.
Maka walaupun benar dalam pandangan syareat, yaitu;
tidak melanggar hak-hak syareat, akan tetapi kelalaian hati dalam gejolaknya
nafsu dapat saja menyusup menyesuaikan diri dengan hak syareat. Hal ini dapat
terjadi tanpa disadari si hamba bila lalai untuk meluruskan wajah batinnya pada
Al-Hak. Sehingga melanggar hak-hak batin dalam pandangan hukum hakekat, yaitu;
tidak lurus perjalanan batinnya dalam amal hati, seperti menyusupnya
lintasan-lintasan ria, ujub, iri, dengki, dan lain-lain sifat keburukan hati
yang merusak amal syareat. Padahal segala keadaan hati dalam segala rasa dan
rahasia yang dalam, sangat mendapat perhatian Allah, sebagaimana firmannya (2; 284)
(3; 29).
Maka tiadalah yang harus dilakukan bagi pencegahan
segala kerusakan amal syareat dan tersesatnya kehendak diri, melainkan dengan mewaspadai
segala bentuk kehendak diri dari rahasia-rahasia yang tersembunyi pada lintasan
batin, yaitu: mengenal akan apa dan kemana arah kehendak diri dari
segala sesuatunya, yaitu: memperhatikannya untuk meluruskan kehendak pada Yang
Maha berkehendak pada lurusnya wajah batin, yaitu: mewaspadai kehendak supaya tidak
bercampur atau bersekutu dengan kehendak nafsu yang mengarah pada kezaliman.
Bahkan tiadalah suatu kehendak yang kuat dipengaruhi nafsu dan syahwat
melainkan ikutnya setan dalam kehendak itu. Maka tiadalah yang dapat selamat
dari semua ini melainkan mereka yang meminta perlindungan Allah pada tiap
langkah dari berbagai lintasan kehendak dan gejolak kemauan, yaitu;
memulainya dengan memperhatikan awalnya, yaitu: sebab-sebab terjadinya suatu
kehendak kemudian perjalanan penempuhan, yaitu: perbuatan untuk terlaksananya
atau tercapainya suatu kehendak, dan akhir, yaitu: kemadaratankah atau
kemaslahatankah yang akan didapat dari hasil terlaksananya suatu kehendak.
Dan semua ini dengan suatu kepasrahan yang mutlak kepada Allah melepaskan semua
kedirian (ego) pada meluruskan lurusnya wajah batin kepada Allah.
Bila semua ini telah dilaksanakan dan getar-getar
kehendak yang semula menggemuruh kuat kemudian melemah, maka kehendak yang
terjadi yang ada pada lintasan-lintasan hati itu adalah batil atau zalim atau
buruk, yaitu tidak lurus dalam Taufiq dalam Kehendak Allah. Dan bila
getar-getar kehendak menguat dan bertambah kuat, maka kehendak yang terjadi
dalam lintasa-lintasan batin adalah hak dan lurus dan benar dalam Taufiq dalam
kehendak Allah. Dan bila kebenaran kehendak terjadi, maka laksanakanlah dimulailah
dengan niat pada azam yang kuat pada ucapan Basmallah dan menetap ketawakkalan pada
batin, dan sadar diri bahwa; tiadalah yang dapat memberikan kekuatan bagi
tercapainya suatu kehendak melainkan atas pertolongan Allah. Sesungguhnya Allah
berbuat sekehendakNya, dan tiadalah keaikan yang hakiki bagi hamba-hamba-Nya,
melainkan berbuat sesuai kehendak Allah pada jalan cahaya-Nya.
Klik; Kajian Tasawuf, Falsafah Hikmah, Dongeng Sufi, Majelis Dzikir Internet (Madznet) & Majelis Taklim Internet (Matnet).; http://mamakkoswara.wordpress.com
Klik; Kajian Makrifat, spiritual & penyembuhan; www.mamak-koswara.com
Klik; Kajian Makrifat, spiritual & penyembuhan; www.mamak-koswara.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar