TASAWUF

Kamis, 02 Februari 2012

KEHENDAK DIRI YANG SAMAR


Suatu kehedak dari berbagai kehendak pada tiap-tiap diri manusia mempunyai berbagai cabang dan arah yang berbeda-beda dengan asroriyah/rahasia-rahasia yang sangat samar yang hanya diketahui oleh Allah yang maha ilmu dan Maha Tahu dalam segala ketetapannya yang Maha Kehendak. Sebab dalam kesamaran rahasia kehendak sifat basyariyah/manusiawi tidaklah sama dalam suatu pemahaman dari suatu kehendak itu sendiri, yaitu; adakalanya seseorang yang merasa mempunyai suatu kehendak akan sesuatu dalam kehidupannya tidak benar-benar memahami apa yang dikehendakinya itu, yaitu; adakalanya bertentangan antara kehendak yang satu dengan kehendak yang lain, dan keadaan itu terjadi pada satu hati dalam beberapa ruang batin pada lathifah ghaibiyyah pada diri. Sehingga terjadi suatu gejolak keadaan yang adakalanya tidak dipahaminya oleh yang mempunyai kehendak itu sendiri.
Maka ketika seorang hamba yang mempunyai kehendak dan bercita-cita mewujudkannya, terjadilah keyakinan dalam ruang batinnya, merasa benar atas kehendaknya itu, sehingga berusahalah ia melaksanakan kehendaknya itu dengan daya upaya yang dimilikinya. Adapun keyakinan yang ada bahwa kehendaknya itu benar, adalah karena si hamba menetapkannya dengan hukum Jahiriyah dalam syareat agama. Akan tetapi adakalanya ia lupa bahwa sangat dalamnya ruang batin dalam rasa yang berkaitan dengan niat dan I’tiqod dalam pemahaman lurusnya wajah batin kepada Allah.
Maka walaupun benar dalam pandangan syareat, yaitu; tidak melanggar hak-hak syareat, akan tetapi kelalaian hati dalam gejolaknya nafsu dapat saja menyusup menyesuaikan diri dengan hak syareat. Hal ini dapat terjadi tanpa disadari si hamba bila lalai untuk meluruskan wajah batinnya pada Al-Hak. Sehingga melanggar hak-hak batin dalam pandangan hukum hakekat, yaitu; tidak lurus perjalanan batinnya dalam amal hati, seperti menyusupnya lintasan-lintasan ria, ujub, iri, dengki, dan lain-lain sifat keburukan hati yang merusak amal syareat. Padahal segala keadaan hati dalam segala rasa dan rahasia yang dalam, sangat mendapat perhatian Allah, sebagaimana firmannya (2; 284) (3; 29).     

Maka tiadalah yang harus dilakukan bagi pencegahan segala kerusakan amal syareat dan tersesatnya kehendak diri, melainkan dengan mewaspadai segala bentuk kehendak diri dari rahasia-rahasia yang tersembunyi pada lintasan batin, yaitu: mengenal akan apa dan kemana arah kehendak diri dari segala sesuatunya, yaitu: memperhatikannya untuk meluruskan kehendak pada Yang Maha berkehendak pada lurusnya wajah batin, yaitu: mewaspadai kehendak supaya tidak bercampur atau bersekutu dengan kehendak nafsu yang mengarah pada kezaliman. Bahkan tiadalah suatu kehendak yang kuat dipengaruhi nafsu dan syahwat melainkan ikutnya setan dalam kehendak itu. Maka tiadalah yang dapat selamat dari semua ini melainkan mereka yang meminta perlindungan Allah pada tiap langkah dari berbagai lintasan kehendak dan gejolak kemauan, yaitu; memulainya dengan memperhatikan awalnya, yaitu: sebab-sebab terjadinya suatu kehendak kemudian perjalanan penempuhan, yaitu: perbuatan untuk terlaksananya atau tercapainya suatu kehendak, dan akhir, yaitu: kemadaratankah atau kemaslahatankah yang akan didapat dari hasil terlaksananya suatu kehendak. Dan semua ini dengan suatu kepasrahan yang mutlak kepada Allah melepaskan semua kedirian (ego) pada meluruskan lurusnya wajah batin kepada Allah.
Bila semua ini telah dilaksanakan dan getar-getar kehendak yang semula menggemuruh kuat kemudian melemah, maka kehendak yang terjadi yang ada pada lintasan-lintasan hati itu adalah batil atau zalim atau buruk, yaitu tidak lurus dalam Taufiq dalam Kehendak Allah. Dan bila getar-getar kehendak menguat dan bertambah kuat, maka kehendak yang terjadi dalam lintasa-lintasan batin adalah hak dan lurus dan benar dalam Taufiq dalam kehendak Allah. Dan bila kebenaran kehendak terjadi, maka laksanakanlah dimulailah dengan niat pada azam yang kuat pada ucapan Basmallah dan menetap ketawakkalan pada batin, dan sadar diri bahwa; tiadalah yang dapat memberikan kekuatan bagi tercapainya suatu kehendak melainkan atas pertolongan Allah. Sesungguhnya Allah berbuat sekehendakNya, dan tiadalah keaikan yang hakiki bagi hamba-hamba-Nya, melainkan berbuat sesuai kehendak Allah pada jalan cahaya-Nya. 


Klik; Kajian Tasawuf, Falsafah Hikmah, Dongeng Sufi, Majelis Dzikir Internet (Madznet) & Majelis Taklim Internet (Matnet).; http://mamakkoswara.wordpress.com

Klik; Kajian Makrifat, spiritual & penyembuhan; www.mamak-koswara.com









Tidak ada komentar:

Posting Komentar